Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kerja banyak orang di seluruh dunia. Banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home) atau hibrida (hybrid work) untuk mencegah penularan virus dan menjaga kesehatan karyawan. Namun, seiring dengan menurunnya angka kasus dan meningkatnya vaksinasi, beberapa perusahaan mulai mengembalikan karyawan mereka ke kantor termasuk serviced office jakarta yang telah memperbolehkan para klien nya kembali menggunakan ruang kantor yang telah disewanya.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Chief Executive terhadap lebih dari 150 CEO di AS, persentase perusahaan yang beroperasi secara penuh di kantor meningkat dari 31% pada tahun 2022 menjadi 46% pada tahun 20231. Sementara itu, persentase perusahaan yang beroperasi secara hibrida menurun dari 61% menjadi 48%, dan persentase perusahaan yang beroperasi secara sepenuhnya jarak jauh menurun dari 7% menjadi 5%.

Apa alasan di balik keputusan para CEO untuk mengembalikan karyawan mereka ke kantor? Berikut ini adalah beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi:

  • Kolaborasi: Banyak CEO yang percaya bahwa kerja sama tim dan inovasi lebih mudah terjadi di lingkungan kantor daripada di rumah. Sebuah studi akademik yang dilakukan oleh ekonom dari Harvard, Bank Sentral Federal New York, dan Universitas Iowa menemukan bahwa insinyur perangkat lunak yang bekerja di gedung yang sama dengan semua rekan timnya mendapatkan umpan balik 23% lebih banyak pada kode komputer mereka daripada insinyur dengan rekan tim yang jauh. Kedekatan juga meningkatkan umpan balik kepada insinyur perempuan dan muda, yang lebih cenderung mengundurkan diri dari perusahaan ketika kedekatan hilang, menunjukkan nilai umpan balik untuk bimbingan dan pengembangan karier.
  • Kepemimpinan: Banyak CEO yang merasa lebih mudah untuk memimpin, mengawasi, dan mengevaluasi kinerja karyawan di kantor daripada di rumah. Sebuah survei yang dilakukan oleh Owl Labs menemukan bahwa 68% dari manajer senior lebih suka bekerja di kantor daripada di rumah, sementara hanya 37% dari pekerja individual yang merasakan hal yang sama. Beberapa CEO juga khawatir bahwa karyawan yang bekerja dari rumah akan kurang produktif, terlibat, atau setia kepada perusahaan.
  • Budaya: Banyak CEO yang ingin membangun atau mempertahankan budaya perusahaan yang kuat dan positif di kantor. Budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai, norma, dan perilaku yang dibagikan oleh anggota organisasi. Budaya perusahaan dapat mempengaruhi motivasi, komitmen, loyalitas, dan kepuasan kerja karyawan. Banyak CEO yang merasa bahwa budaya perusahaan lebih mudah dibentuk dan dipelihara melalui interaksi sosial dan informal yang terjadi di kantor.
  • Pelanggan: Banyak CEO yang ingin memberikan layanan terbaik kepada pelanggan mereka dengan cara yang cepat, efisien, dan profesional. Beberapa jenis bisnis membutuhkan kontak langsung atau tatap muka dengan pelanggan, seperti ritel, perhotelan, atau jasa keuangan. Beberapa CEO juga merasa bahwa bekerja di kantor dapat meningkatkan citra dan reputasi perusahaan di mata pelanggan.
  • Adaptasi: Banyak CEO yang ingin mengembalikan normalitas dan stabilitas setelah masa-masa sulit dan tidak pasti akibat pandemi. Beberapa CEO juga merasa bahwa bekerja di kantor adalah cara kerja yang sudah teruji dan terbukti selama bertahun-tahun. Beberapa CEO juga khawatir bahwa bekerja dari rumah atau hibrida akan menimbulkan masalah baru, seperti kesenjangan digital, kesulitan komunikasi, atau konflik antara karyawan.

Meskipun banyak CEO yang ingin mengembalikan karyawan mereka ke kantor, tidak semua karyawan setuju dengan keputusan tersebut. Banyak karyawan yang telah menikmati fleksibilitas dan manfaat dari bekerja dari rumah atau hibrida, seperti hemat biaya, waktu, dan stres, meningkatkan keseimbangan kerja dan kehidupan, dan bahkan meningkatkan kinerja profesional. Sebuah survei yang dilakukan oleh Gallup menemukan bahwa 67% dari karyawan berkerah putih di AS bekerja dari rumah setidaknya sebagian pada September 2021, dengan 41% melakukannya secara eksklusif.

Banyak karyawan yang menolak atau menentang panggilan untuk kembali ke kantor, bahkan dengan ancaman sanksi atau pemutusan hubungan kerja. Beberapa karyawan juga memilih untuk mengundurkan diri atau mencari pekerjaan baru yang lebih fleksibel. Sebuah survei yang dilakukan oleh BBC Worklife menemukan bahwa 40% dari pekerja global berencana untuk mengundurkan diri atau mengubah pekerjaan mereka dalam 12 bulan ke depan, dan 70% dari mereka mengatakan bahwa fleksibilitas kerja adalah faktor utama dalam keputusan mereka.

Oleh karena itu, para CEO perlu mempertimbangkan dengan hati-hati keputusan mereka untuk mengembalikan karyawan mereka ke kantor. Mereka perlu memahami kebutuhan, preferensi, dan harapan karyawan mereka, serta dampaknya terhadap kesejahteraan, loyalitas, dan produktivitas mereka. Mereka juga perlu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tren pasar, serta memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung kerja jarak jauh atau hibrida. Mereka juga perlu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan karyawan mereka untuk menciptakan solusi kerja yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.

Categories: Bisnis